Tuesday, May 5, 2009

TEORI PEMBELAJARAN: cooperative learning

TEORI PEMBELAJARAN: cooperative learning

Implementasi teri belajar

KATA PENGANTAR
Dengan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa kami panjatkan karena berkat dan petunjuknya kami dapat menyusun Makalah dengan judul “. IMPLEMENTASI TEORI PEMBELAJARAN DALAM KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR KHUSUS BIDANG STUDI IPA YANG BERBASIS TIK” Makalah ini merupakan bahan kajian mengenai suatu sistem untukmenghasilkan informasi berkenaan dengan tersebut dapat digunakan dalam rangka Pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan pada setiap sekolah..Dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dewasa ini di perlukan beberapa metode dalam pembelajaran Bidang Studi IPA yang tidak terlepas dengan penguasaan atau media yang menggunakan Teknologi dan Informatika..
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah, semoga dapat meningkatkan hasil proses belajar-mengajar yang maksimal dan upaya peningkatan mutu sumber daya manusia melalui sekolah menengah kejuruan akan benar-benar mencapai sasaran.Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan dan kelemahan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan untuk memperbaiki penerbitan berikutnya.


Hormat kami
Penyusun




DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………..i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………..ii
Bab I Pendahuluan …………………………………………………………………………..1
A. Latar Belakang …………………………………………………………………………….1
B. Tujuan ………………………………………………………………………………………1
C. Ruang Lingkup……………………………………………………………………………. 1
Bab II KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BIDANG STUDI IPA 2
A. Hakekat Pengajaran Sains dengan menggunakan TIK ……………………………….2
B. Keterampilan Mengajar Demonstrasi ……………………………………………………5
C. Keterampilan Mengajar Eksperimen Dengan Menggunakan TIK 11
Bab III Penutup 15
Daftar Pustaka 16















Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Saat ini sedang dikembangkan paradigma baru kurikulum pendidikan dasar dan menengah dimana kini guru diharapkan hanya sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar, dengan pembelajaran yang lebih realistik dan aplikaif khususnya bidang pelajaran IPA, Oleh karena itu perlu dikermbangkan materi Keterampilan Dasar Pembelajaran IPA yang berbasis TIK yang aplikatif dan realistik, untuk lebih memudahkan tercapainya keberhasilan proses pembelajaran IPA dengan paradigma baru tersebut.

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah Pembelajaran IPA ini untuk menghasilkan suatu bahan ajar kepada siswa yang mengikuti teknologi komputer seiring dengan perkembangan jaman..

C. Ruang Lingkup
Keterampilan dasar IPA ini oleh penulis ini di terapkan pada sekolah kejuruan yang merupakan basis dari praktek pendidikan yang menuntut skill danketerampilan pada praktek IPA yang digabaung dengan pemakaian teknologi Komputer.


BAB II
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
BIDANG STUDI IPA
Keterampilan Dasar Mengajar I, Keterampilan Dasar Mengajar II,Keterampilan Dasar Mengajar III merupakan keterampilan dasar mengajar yang perlu dimiliki oleh guru dari semua bidang studi. Jika dipertimbangkan bahwa bidang-bidang studi yang ber-macam-macam mempunyai ciri-ciri pengajaran yang khas, keterampilan mengajar untuk bidang-bidang studi khusus perlu dikembangkan. Perkembangan dunia pendidikan menggunakan program Komputer saat ini menyebabkan kekhasan ciri pengajaran dari masing-masing studi makin tampak, dan perbedaannya dengan pengajaran bidang studi lain makin nyata.

A. Hakekat Pengajaran Sains dengan menggunakan TIK
Pemahaman orang terhadap hakekat sains, hakekat belajar dan pembelajaran dengan mengunakan TIK yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia pembelajaran sains. Pemahaman terhadap sains dengan mengunakan TIK telah berkembang dari pemahaman bahwa sains sebagai produk produk sains (a body of knowledge) menjadi: sains sebagai cara berpikir dan bertindak (Science as a way of thinking and acting), sains sebagai keterampilan proses sains (Science is process science skills), sains sebagai proses penyelidikan ilmiah (Science as a way of investigating). Perubahan pemahaman terhadap hakekat sains tersebut, secara konseptual, pandangan orang terhadap pendidikan sains semakin mengarah pada makna yang hakiki
dari belajar dan pembelajaran sains. Makna hakiki dari belajar dan pembelajaran sains adalah pendidikan sains lebih diartikan sebagai pembentukan kompetensi anak didik melalui peningkatan motivasi dan aktivitas diri siswa (competencebased learning) dar IPAda pembekalan pengetahuan melalui transfer pengetahuan dari guru ke siswa (knowledge-based learning). Sebagai contoh, digunakannya pendekatan keterampilan proses sains dalam kurikulum 1984 dan 1994 di SD, SLTP dan SMU di Indonesia menandakan bahwa pendidikan di sekolah-sekolah tersebut menekankan terbentuknya keterampilan proses sains pada diri siswa dar IPAda pemberian bekal pengetahuan keilmuan melalui konsep-konsep yang diajarkan oleh guru. Lebih dari itu, jika pada akhir-akhir ini para ahli pendidikan sains mengembangkan pendekatan-pendekatan baru (misalnya pendekatan konstruktivisme dan pendekatan STS) maka mereka menganjurkan agar dalam pendidikan sains para siswa lebih banyak diberi kesempatan belajar dalam lingkungan yang memberdayakannya untuk
membangun sendiri konsep-konsep sains selaras dengan taraf perkembangan dan kebutuhannya, sesuai dengan latar belakang kondisi masyarakat dan lingkungan hidupnya. Kalau memperhatikan kecenderungan para ahli pendidikan sains untuk menganjurkan digunakannya pendekatan-pendekatan pembelajaran yang mendorong terbentuknya lingkungan belajar konstruktivisme, pembelajaran sains di sekolah tampaknya perlu menggunakan metode-metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa untuk membangun pemahamannya tentang alam semesta dan lingkungan sekitar dengan menggunakan keterampilan proses sains. Metode-metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran sains yang bersifat konstruktivisme terutama adalah metode eksperimen, metode demonstrasi, metode karya wisata, dan metode proyek. Namun, metode-metode tersebut menjadi lebih efektif kalau disertai dengan metode-metode yang lain,misalnya: metode diskusi, metode simulasi.Perkembangan tersebut perlu diikuti dengan pembentukan atau peningkatan keterampilan mengajar guru dalam menerapkan metode-metode pembelajaran tersebut di atas. Keterampilan dasar mengajar untuk pembelajarandengan metode-metode khusus bidang studi sains (ilmu pengetahuan alam)akan meningkatkan intensitas pembelajaran komputer , mungkin bukan hanya kompetensi dibidang sains, melainkan juga kompetensi di berbagai aspekkehidupan manusia.

B. Keterampilan Mengajar Demonstrasi

1. Prinsip-prinsip Mengajar dengan Demonstrasi yang menggunakan TIK
Demonstrasi merupakan suatu metode mengajar yang sering digunakandalam pembelajaran sains. Demonstrasi dengan menggunakan Komputer untuk memperagakan:
1. cara menggunakan alat, misalnya: cara menggunakan stetoskop.
2. prinsip dan prosedur kerja suatu alat, misalnya: prinsip kerja mesin pengolah tebu menjadi gula.
3. prosedur pelaksanaan percobaan/eksperimen, misalnya: prosedur percobaanuntuk menguji adanya karbohidrat dalam tepung.
4. fenomena alam dalam rangka pemahaman suatu konsep atau prinsip sains,misalnya: fenomena tentang nyala dua bola lampu listrik yang d IPA sangsecara seri atau paralel. merangsang siswa untuk menemukan masalah dan membimbing siswa untuk memecahkan masalah.
Dalam pembelajaran sains yang mnebggunakan TIK , demonstrasi dapat memberikan fasilitas kepada siswa untuk meningkatkan keterampilan proses sains, dan mealkukan inkuari ilmiah, antara lain:
1. meningkatkan keterampilan mengamati, dan rasa ingin tahu,
2. memberi inspirasi untuk meningkatkan keterampilan memprediksi, inferensi,dan komunikasi.
3. meningkatkan kejelian terhadap adanya masalah.
4. memberi arah untuk menemukan atau menyusun hipotesis.
5. memberi inspirasi untuk merancang investigasi.
Demonstrasi dengan mengunakan komputer meliputi kegiatan memamerkan dan menjelaskan (pada pihak guru), mengamati dan mereplikasi (pada pihak siswa). Demonstrasi menjadikan bahan ajar lebih konkret dan lebih nyata bagi siswa, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyaksikan atau mengalami kejadian atau keterampilan nyata sambil memperhatikan penjelasan. Demonstrasi dapat digunakan sebagai metode pembelajaran yang berdiri sendiri dalam suatu proses belajar mengajar, atau dapat digunakan bersamasama dengan metode lain dalam suatu kombinasi multimetode. Penerapan demonstrasi sebagai metode yang berdiri sendiri dalam suatu proses belajar mengajar dapat dijalankan dengan mengikuti prosedur yang diusulkan oleh Joice and Well dalam Louisell (1992). Ia membagi prosedur demonstrasi menjadi lima tahap.
1. Pembukaan.
2. Menyajikan pengetahuan prasyarat atau rasional.
3. Menampilkan model penampilan dengan benar. Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan demonstrasi, dan pada tahap ini guru dituntut untuk melakukan tiga hal:
Mempelajari dan menguasai konsep dan keterampilan yang akan didemonstrasikan,
Memecah-mecah konsep atau keterampilan menjadi komponenkomponen lebih kecil dan mengaturnya dalam urutan belajar yang sesuai,
Menjalankan langkah-langkah demonstrasi tahap demi tahap (untuk ini perlu dibuat persiapan tertulis).
4. Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih dalam kondisi terkontrol.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan dan pengalaman-nya ke situasi yang kompleks.
Jika dipadukan dengan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatanawal, inti dan penutup, tahap-tahap demonstrasi itu dapat diuraikan sebagai berikut. Tahap-Tahap Demonstrasi dengan menggunakan TIK (Joice and Well, dalamLouisell, 1992)





Tahap pembelajaran
1. Tahap Demonstrasi Keterangan
Pembukaan. Membangkitkan motivasi kepada siswa. Awal Menyajikan pengetahuan prasyarat atau rasional. Lewat media pembelajaran Komputer Menggali pengetahuan awal siswa, bisa kemampuan prasyarat atau pengetahuan awal tentang konsep yang dipelajari.Pelaksanaan demonstrasi. Penyajian, penjelasan konsep.Inti Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih dalam kondisi terkontrol.Kegiatan latihan siswa untuk merefleksikan materi yang telah didemonstrasikan: mencatat data yang ada di Komputer , menganalisis data, dan pena-rikan kesimpulan. Bila diperlukan siswa diberi kesempatan untuk mengulang demonstrasi. Penutup Memberi kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan yang di dapat dari Komputer dan pengalamannya ke situasi yang kompleks.Kegiatan pemantapan: tugasrumah, proyek, dll. Jika demonstrasi digunakan dalam proses pembelajaran yang menggunakan Program komputer sebagai kombinasi metode di antara metode yang lain, pelaksanaan demonstrasi dapat ditempatkan pada awal, inti atau penutup pelajaran. Jika ditempatkan pada awal pelajaran, demonstrasi dimaksudkan untuk membangkitkan motivasi belajar, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi fenomena dan masalah, serta menggali pengetahuan awal siswa tentang konsep yang sedang dipelajari. Pada inti pelajaran demonstrasi bermanfaat untuk menunjukkan fakta, atau menjelaskan konsep atau prinsip. Pada akhir pelajaran demonstrasi dapat digunakan untuk menilai hasil belajar siswa; penilaian ini merupakan penilaian terhadap pengalaman langsung siswa, dan cocok untuk menilai kemampuan keterampilan proses sains. Dalam pelaksanaannya, selama atau sesudah demonstrasi siswa diberi pertanyaan tentang hal-hal yang tampak atau mungkin tampak.

2. Keterampilan Khusus Berdemonstrasi
Secara umum demosntrasi dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk meningkatkan keefektifan tercapainya tujuan pengajaran. Demonstrasi dapat dilaksanakan sebagai satu metode dalam satu proses pembelajaran menggunakan Komputer , atau sebagai salah satu metode dalam suatu perose pembelajaran. Demonstrasi dapat disajikan di awal pelajaran, dengan tujuan untuk menyajikan fenomena, menggali pengetahuan awal siswa, dan memotivasi belajar siswa. Maka dari itu, guru perlu menguasai kecakapan dan keterampilan berdemon-strasi.
a. Prademonstrasi
1) Memahami tujuan demonstrasi. Dalam pembelajaran konstruktivisme, tujuan khusus demonstrasi ada dua macam:
demonstrasi pada awal pelajaran bertujuan untuk menampilkan fenomena yang menimbulkan konflik kognitif,
demonstrasi pada pengajaran inti bertujuan untuk menyajikan fakta atau data, untuk memecahkan masalah,
demonstrasi pada akhir pelajaran untuk memberi gambaran mengenai aplikasi konsep.
2) Mengenali fakta atau informasi esensial dari konsep yang akan didemonstrasikan. Fakta atau informasi esensial inilah yang perlu dijadikan focus pengamatan oleh siswa ketika demonstrasikan.
3) Merancang bahan atau kegiatan untuk demonstrasi. Yang dimaksud disini adalah menerjemahkan informasi verbal pada konsep materi pelajaran menjadi informasi yang dapat divisualisasikan dalam demonstrasi.
4) Merancang prosedur pelaksanaan demonstrasi.

b. Pelaksanaan Demonstrasi
2. Menjalankan demonstrasi dengan lancar dan benar, agar informasi yang dimunculkan benar sesuai dengan yang direncanakan.
3. Menampilkan fenomena secara atraktif, khususnya fenomena-fenomena yang diharapkan dapat menimbulkan konflik kognitif pada siswa. Lewat program komputer Demonstrator dapat melakukan trik-trik untuk mengkonflikkan pikiran siswa dengan fenoman yang teramati. Ketika pejelasan dilepaskan pelan-pelan sambil menurunkan botol ke meja, akan tampak seolah-olah turunnya tabung reaksi karena botol diturunkan. Pada hal, tabung reaksi tenggelam ketika botol dipejet karena volume air yang masuk ke dalam tabung reaksi bertambah, sebaliknya volume air di dalam tabung reaksi berkurang ketika pejetan dilepaskan. Itulah yang disebut konflik kognitif. Atraksi seperti itu sangat menarik, layaknya bermain sulap.
4. Penampilan demonstrasi dapat diulang, untuk memperbanyak sampel pengamatan.
5. Mengatur posisi peralatan, sampai demonstrasi dapat diamati dengan jelas oleh semua anggota kelas.



c. Pasca Demonstrasi
1. Kesenyapan. Setelah demonstrasi berakhir, guru diam beberapa saat untuk menunggu respons dari siswa, mungkin (sampai) ada siswa yang mengajukan masalah dari fenomeda yang diamati. Jika respons tidak muncul, masalah dapat diajukan sendiri oleh guru.
2. Berdiskusi atau melakukan demonstrasi lanjutan, untuk mengajak siswa mengajak siswa menemukan jawaban atas masalah yang dikemukakan.

C. Keterampilan Mengajar Eksperimen Dengan Menggunakan TIK
1. Prinsip-Prinsip Pengajaran Eksperimen
Eksperimen merupakan bagian sangat penting dalam pembelajaran
sains, kerena hal eksperimen itulah yang membedakan sains yang mengunakan
Komputer dengan mata pelajaran lain. Metode eksperimen dapat digunakan
untuk melatih siswa dalam melakukan studi alamiah yang menggunakan
langkah-langkah metode alamiah, yang meliputi: observasi, penemuan masalah,
penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan. Karena
dalam pelaksanaan eksperimen itu banyak keterampilan proses yang perlu
digunakan, maka metode ini merupakan strategi yang penting untuk
membelajarkan keterampilan proses kepada siswa, terutama keterampilan
proses terintegrasi.
Metode eksperimen sangat khas untuk membelajarkan prinsip atau
generalisasi hubungan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Sehubungan dengan penjelasan ini, metode eksperimen dapat dibagi menjadi
eksperimen sederhana, eksperimen terkontrol, dan eksperimen berujung-terbuka
(open-ended experimen) (Thurber dan Collete, 1968). Dengan adanya
pembagian ini, guru tidak perlu khawatir bahwa pelaksanaan eksperimen di kelas
sains yang mnenggunakan TIK akan memakan waktu banyak, pelaksanaannya
rumit dana adanya kesulitan yang lain.
a. Eksperimen sederhana
Banyak masalah IPA yang dapat dipecahkan dengan eksperimen
sederhana, sehingga tidak memerlukan tahap-tahap kerja yang terpisah untuk
menyelesaikannya. Langkah dari eksperimen sederhana itu adalah: 1)
pengajuan masalah, 2) pelaksanaan percobaan untuk pengamatan, dan 3)
pengambilan kesimpulan. Dalam eksperimen sederhana ini tidak perlu dilakukan
pengontrolan terhadap variabel-variabel bebas yang tidak dipelajari, karena
pengaruhnya terhadap variabel terikat dapat diabaikan atau memang tidak ada
variabel lain yang berpengaruh kecuali variabel yang sedang dipelajari.
Sebagai contoh, masalah yang akan dipecahkan adalah: “Apakah tepung
beras mengandung amilum?” Masalah itu cukup dipecahkan dengan percobaan,
yang dilakukan dengan meneteskan larutan YKY (yodium) pada tepung beras,
kemudian mengamati bahwa zat tersebut berubah warna biru. Untuk mengambil
kesimpulan, siswa cikup diminta untuk melakukan 2-3 kali percobaan, untuk
mengambil kesimpulan bahwa tepung beras mengandung amilum berdasarkan
perubahan warna yodium menjadi biru.
b. Eksperimen terkontrol
Hubungan antara suatu variabel bebas dan variabel terikat dalam
fenomena-fenomena alam banyak yang tidak dapat diamati karena adanya
variabel lain yang berpengaruh terhadapa variabel terikat yang diamati.
Misalnya, pada suatu tanaman pot baru yang tanahnya diberi urea,
pertumbuhannya subur; tetapi tidak dapat disimpulkan begitu saja bahwa yang
menyebabkan subur adalah zat urea, karena orang berpikir bahwa faktor lain
juga dapat berpengaruh. Hubungan antara variabel-variabel seperti itu dapat
diajarkan kepada siswa dengan metode eksperimen terkontrol. Dalam metode ini
dibuat eksperimen dengan menggunakan dua kelompok tanaman pot yang
medium tanahnya sama, tetapi pada satu kelompok tanaman tanahnya diberi
urea sementara kelompok tanaman yang lain tidak diberi urea.
Dalam pelaksanaan metode eksperimen terkontrol, langkah-langkah yang
perlu dilaksanakan adalah: 1) pengajuan masalah, 2) pengajuan hipotesis, 3)
pengontrolan variabel (membuat perlakuan variabel bebas dan mengendalikan
varibel terkontrol), 4) pelaksanaan eksperimen, 5) pengolahan data, dan 7)
pengambilan kesimpulan. Dalam metode eksperimen terkontrol, kesimpulan
yang dibuat bersifat tertutup, artinya kesimpulan itu merupakan jawaban yang
pasti (tidak perlu dipertanyakan kebenarannya, atau tidak mengundang
munculnya masalah baru).
Contohnya sebagai berikut:



Masalah: “Mengapa tanaman padi di sawah ada yang daunnya lebih hijau dan lebih
panjang dari yang lain?
Hipotesis: “Tanaman padi yang hijau dipupuk dengan urea.”
Mengendalikan variabel: membuat dua kelompok perlakuan, satu kelompok dipupuk
urea, kelompok yang lain tidak dipupuk urea.
Pelaksanaan eksperimen: 1) melakukan penanaman padi dalam beberapa pot dengan
medium tanah yang sama, 2) pot-pot tanaman padi dibagi menjadi dua
kelompok, kelompok I dipupuk urea sedang kelompok II tidak dipupuk urea.
Pengamatan/Pengumpulan data: mengamati warna dan mengukur panjang daun
tanaman padi selama waktu tertentu.
Pengolahan data: 1) menghitung rata-rata data tinggi batang padi pada tiap perlakuan,
2) membandingkan rata-rata tinggi batang padi antara kelompok I dan
kelompok II.
Pengambilan kesimpulan: Menyimpulkan hasil pengolahan data tentang hubungan
antara urea dengan tinggi batang dan perubahan warna hijau pada daun.
Bab III
Penutup
Makalah dengan juduk Materi KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
KHUSUS BIDANG STUDI IPA BERBASIS TIK” akan lebih mudah dimengerti
dan lebih berguna sebagai bekal bagi siswa khususnya siswa SMK, apabila
pembelajarannya lebih diorientasikan pada Realitas dan Aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari. Di samping itu pembelajarannya juga diarahkan dengan
tahapan-tahapan yang sistematis. Oleh karena itu, pembelajaran yang ada di
dalam modul ini masih perlu dikembangkan lagi khususnya dari segi orientasi
tersebut, agar dapat meningkatkan kemampuan Belajar IPA bagi siswa SMK.
Daftar Pustaka
1. Hadley. Linear Programming. 1962. Addison – Wesley Publishing Company, AS
2. Soekartawi, Dr. Linear Programming: Teori dan Aplikasi, khususnya di bidang pertanian. 1992. Rajawali.
3. Soewardi, Eddy, Drs. Linear Programming. 1984. Sinar Baru
4. Yamit, Zulian. Linear Programming. 1991. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
5. Supranto, J, M.A. Linear Programming. 1983. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Manajemen

MANAJEMEN SISTEM EVALUASI PENDIDIKAN BAB. I


Pendahuluan

E
valuasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.
Tanpa evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa, dan tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik,maka dari itu Jadi secara umum evaluasi adalah suatu proses sistemik umtuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program.
Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Fungsi Evaluasi Pendidikan . Sangat diperlukan dalam pendidikan antara lain memberi informasi yang dipakai sebagai dasar untuk :

1) Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
2) Menilai hasil yang dicapai para pelajar.
3) Menilai kurikulum.
4) Memberi kepercayaan kepada sekolah.
5) Memonitor dana yang telah diberikan .
6) Memperbaiki materi dan program pendidikan

Hasil evaluasi yang didapat sampai sekarang tentang dunia pendidikan Nasional kita cukup memperihatinkan, tidak hanya dalam segi kualitas tapi juga kegagalan dalam membentuk karakter building generasi muda bangsa
Pendidikan menjadi tanggung jawab semua pihak, dimana tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia. membentuk SDM yang berkualitas. Namun sayang kebijakan pendidikan yang ada sampai sekarang masih jauh dari harapan, karena kebijakan pendidikan seperti kata pakar pendidikan dari Universitas Nasional Jakarta yaitu HAR Tilaar kebijakan pendidikan di Indonesia sesuai dengan pameo ganti menteri ganti kebijakan.
Mengingat terlalu luasnya cakupan dalam evaluasi pendidikan maka penulis akan membatasi hanya pada evaluasi hasil belajar siswa dikarenakan masalah ini sangat sesuai dengan tugas penulis sebagai guru.







MANAJEMEN SISTEM EVALUASI PENDIDIKAN Bab. II



ANALISIS KESENJANGAN DALAM
EVALUASI PENDIDIKAN
A. Keadaan Ideal

Seperti yang telah dikemukakan oleh Dr. Muchtar Buchori tujuan dan fungsi evaluasi adalah :
1. untuk mengetahui kemajuan peserta didik setelah ia mengalami pendidikan selama jangka waktu tertentu
2. untuk mengetahui tingkat efisiensi metode-metode pendidikan yang dipergunakan pendidik selam jangka waktu tertentu tadi.
Maka untuk memperoleh hasil evaluasi yang sebaik-baiknya, para evaluator dalam hal ini para guru dituntut untuk memiliki hal hal sebagai berikut :
1. Mampu melaksanakan, persyaratan pertama yang harus dipenuhi oleh evaluator adalah bahwa mereka harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan evaluasi yang didukung oleh teori dan keterampilan praktik.
2. Cermat, dapat melihat celah-celah dan detail dari program serta bagian program yang akan dievaluasi.
3. Objektif, tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadi, atau juga keinginan/tekanan dari pihak lain agar dapat mengumpulkan data sesuai dengan keadaannya, selanjutnya dapat mengambil kesimpulan sebagaimana diatur oleh ketentuan yang harus diikuti.
4. Sabar dan tekun, agar di dalam melaksanakan tugas dimulai dari membuat rancangan kegiatan dalam bentuk menyusun proposal, menyusun instrumen, mengumpulkan data dan menyusun laporan, tidak gegabah dan tergesa-gesa.
5. Hati-hati dan bertanggung jawab, yaitu melakukan pekerjaan evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun apabila masih ada kekeliruan yang diperbuat, berani menanggung resiko atas segala kesalahannya.
B. Keadaan Nyata

Setiap jenis atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan evaluasi. Artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.
Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Jadi jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan evaluasi, karena dengan evaluasi guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Tetapi kebanyakan guru merasa enggan melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran, karena keterbatasan waktu, dan juga mungkin belum mengetahui teknik-teknik evaluasi yang baik Mereka beranggapan lebih baik menjelaskan semua materi pelajaran sampai tuntas untuk satu kali pertemuan, dan pada pertemuan berikutnya di awal pelajaran siswa diberi tugas atau soal-soal yang berhubungan dengan materi tersebut. Contoh lain ada juga guru yang berpendapat, bahwa penilaian tidak mutlak dengan tes tertulis. bisa juga dengan tes lisan atau tanya jawab. Kegiatan dirasakan lebih praktis bagi guru, karena guru tidak usah bersusah payah mengoreksi hasil evaluasi anak.
Cara mana yang akan digunakan oleh guru untuk evaluasi tidak usah dipermasalahkan, yang jelas setiap guru yang paham dengan tujuan dan manfaat dari evaluasi atau penialaian tersebut.
Karena ada juga guru yang tidak menghiraukan tentang kegiatan ini, yang penting ia masuk kelas, mengajar, mau ia laksanakan evaluasi di akhir pelajaran atau tidak itu urusannya. Yang jelas pada akhir semester ia telah mencapai target kurikulum.
Akhir-akhir ini kalau kita teliti di lapangan, banyak guru yang mengalami kegagalan dalam melaksanakan evaluasi. Hal ini tentu ada faktor penyebabnya dan apakah cara untuk mengatasinya. Untuk itu kalau kita analisis maka akan kita temukan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dalam melaksanakan evaluasi belajar seperti yang digambarkan dalam analisis SWOT berikut ini.



PELUANG/OPPORTUNITY
1. Peningkatan prestasi sekolah
2. Kepercayaan publik yang besar terhadap sekolah
3. Bantuan dana yang melimpah
ANCAMAN/THREAT
1. Akuntabilitas sekolah rendah
2. Sulit mengadakan kerjasama dengan pihak lain
3. Bantuan dana semakin kurang

KEKUATAN/STRENGTH
1. Banyak guru lulusan S.1
2. Jumlah siswa yang banyak
3. Sarana/media belajar memadai


STRATEGI SO
1. Para guru meningkatkan kemampuan evaluasi.
2. Optimalisasi sarana/media evalusasi.
3. Meningkatkan hasil belajar agar dana bantuan bisa masuk lebih banyak

STRATEGI ST
1. Memotivasi para guru untuk selalu meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Memanfaatkan jumlah siswa untuk mengadakan kerjasama dengan pihak lain.
3.
KELEMAHAN/WEAKNESS
1. Kurang menguasai teknik evaluasi yang benar
2. Dukungan orang tua siswa kurang memadai
3. Dana kurang mencukupi

STRATEGI WO
1. Mengadakan pelatihan mengenai teknik-teknik evaluasi
2. Mengoptimalkan kerjasama dengan orang tua siswa dan pihak lain
3. Meminta bantuan pemerintah untuk memberi dana lebih besar
STRATEGI WT
1. Semua guru mengikuti pelatihan
2. Mengoptimalkan keterlibatan orang tua siswa dalam mendukung prestasi belajar siswa.
3. Mengadakan kerjasama dengan pihak lain yang dapat member bantuan dana