Tuesday, May 5, 2009

TEORI PEMBELAJARAN: cooperative learning

TEORI PEMBELAJARAN: cooperative learning

Implementasi teri belajar

KATA PENGANTAR
Dengan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa kami panjatkan karena berkat dan petunjuknya kami dapat menyusun Makalah dengan judul “. IMPLEMENTASI TEORI PEMBELAJARAN DALAM KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR KHUSUS BIDANG STUDI IPA YANG BERBASIS TIK” Makalah ini merupakan bahan kajian mengenai suatu sistem untukmenghasilkan informasi berkenaan dengan tersebut dapat digunakan dalam rangka Pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan pada setiap sekolah..Dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dewasa ini di perlukan beberapa metode dalam pembelajaran Bidang Studi IPA yang tidak terlepas dengan penguasaan atau media yang menggunakan Teknologi dan Informatika..
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah, semoga dapat meningkatkan hasil proses belajar-mengajar yang maksimal dan upaya peningkatan mutu sumber daya manusia melalui sekolah menengah kejuruan akan benar-benar mencapai sasaran.Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan dan kelemahan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan untuk memperbaiki penerbitan berikutnya.


Hormat kami
Penyusun




DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………..i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………..ii
Bab I Pendahuluan …………………………………………………………………………..1
A. Latar Belakang …………………………………………………………………………….1
B. Tujuan ………………………………………………………………………………………1
C. Ruang Lingkup……………………………………………………………………………. 1
Bab II KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BIDANG STUDI IPA 2
A. Hakekat Pengajaran Sains dengan menggunakan TIK ……………………………….2
B. Keterampilan Mengajar Demonstrasi ……………………………………………………5
C. Keterampilan Mengajar Eksperimen Dengan Menggunakan TIK 11
Bab III Penutup 15
Daftar Pustaka 16















Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Saat ini sedang dikembangkan paradigma baru kurikulum pendidikan dasar dan menengah dimana kini guru diharapkan hanya sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar, dengan pembelajaran yang lebih realistik dan aplikaif khususnya bidang pelajaran IPA, Oleh karena itu perlu dikermbangkan materi Keterampilan Dasar Pembelajaran IPA yang berbasis TIK yang aplikatif dan realistik, untuk lebih memudahkan tercapainya keberhasilan proses pembelajaran IPA dengan paradigma baru tersebut.

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah Pembelajaran IPA ini untuk menghasilkan suatu bahan ajar kepada siswa yang mengikuti teknologi komputer seiring dengan perkembangan jaman..

C. Ruang Lingkup
Keterampilan dasar IPA ini oleh penulis ini di terapkan pada sekolah kejuruan yang merupakan basis dari praktek pendidikan yang menuntut skill danketerampilan pada praktek IPA yang digabaung dengan pemakaian teknologi Komputer.


BAB II
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
BIDANG STUDI IPA
Keterampilan Dasar Mengajar I, Keterampilan Dasar Mengajar II,Keterampilan Dasar Mengajar III merupakan keterampilan dasar mengajar yang perlu dimiliki oleh guru dari semua bidang studi. Jika dipertimbangkan bahwa bidang-bidang studi yang ber-macam-macam mempunyai ciri-ciri pengajaran yang khas, keterampilan mengajar untuk bidang-bidang studi khusus perlu dikembangkan. Perkembangan dunia pendidikan menggunakan program Komputer saat ini menyebabkan kekhasan ciri pengajaran dari masing-masing studi makin tampak, dan perbedaannya dengan pengajaran bidang studi lain makin nyata.

A. Hakekat Pengajaran Sains dengan menggunakan TIK
Pemahaman orang terhadap hakekat sains, hakekat belajar dan pembelajaran dengan mengunakan TIK yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia pembelajaran sains. Pemahaman terhadap sains dengan mengunakan TIK telah berkembang dari pemahaman bahwa sains sebagai produk produk sains (a body of knowledge) menjadi: sains sebagai cara berpikir dan bertindak (Science as a way of thinking and acting), sains sebagai keterampilan proses sains (Science is process science skills), sains sebagai proses penyelidikan ilmiah (Science as a way of investigating). Perubahan pemahaman terhadap hakekat sains tersebut, secara konseptual, pandangan orang terhadap pendidikan sains semakin mengarah pada makna yang hakiki
dari belajar dan pembelajaran sains. Makna hakiki dari belajar dan pembelajaran sains adalah pendidikan sains lebih diartikan sebagai pembentukan kompetensi anak didik melalui peningkatan motivasi dan aktivitas diri siswa (competencebased learning) dar IPAda pembekalan pengetahuan melalui transfer pengetahuan dari guru ke siswa (knowledge-based learning). Sebagai contoh, digunakannya pendekatan keterampilan proses sains dalam kurikulum 1984 dan 1994 di SD, SLTP dan SMU di Indonesia menandakan bahwa pendidikan di sekolah-sekolah tersebut menekankan terbentuknya keterampilan proses sains pada diri siswa dar IPAda pemberian bekal pengetahuan keilmuan melalui konsep-konsep yang diajarkan oleh guru. Lebih dari itu, jika pada akhir-akhir ini para ahli pendidikan sains mengembangkan pendekatan-pendekatan baru (misalnya pendekatan konstruktivisme dan pendekatan STS) maka mereka menganjurkan agar dalam pendidikan sains para siswa lebih banyak diberi kesempatan belajar dalam lingkungan yang memberdayakannya untuk
membangun sendiri konsep-konsep sains selaras dengan taraf perkembangan dan kebutuhannya, sesuai dengan latar belakang kondisi masyarakat dan lingkungan hidupnya. Kalau memperhatikan kecenderungan para ahli pendidikan sains untuk menganjurkan digunakannya pendekatan-pendekatan pembelajaran yang mendorong terbentuknya lingkungan belajar konstruktivisme, pembelajaran sains di sekolah tampaknya perlu menggunakan metode-metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa untuk membangun pemahamannya tentang alam semesta dan lingkungan sekitar dengan menggunakan keterampilan proses sains. Metode-metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran sains yang bersifat konstruktivisme terutama adalah metode eksperimen, metode demonstrasi, metode karya wisata, dan metode proyek. Namun, metode-metode tersebut menjadi lebih efektif kalau disertai dengan metode-metode yang lain,misalnya: metode diskusi, metode simulasi.Perkembangan tersebut perlu diikuti dengan pembentukan atau peningkatan keterampilan mengajar guru dalam menerapkan metode-metode pembelajaran tersebut di atas. Keterampilan dasar mengajar untuk pembelajarandengan metode-metode khusus bidang studi sains (ilmu pengetahuan alam)akan meningkatkan intensitas pembelajaran komputer , mungkin bukan hanya kompetensi dibidang sains, melainkan juga kompetensi di berbagai aspekkehidupan manusia.

B. Keterampilan Mengajar Demonstrasi

1. Prinsip-prinsip Mengajar dengan Demonstrasi yang menggunakan TIK
Demonstrasi merupakan suatu metode mengajar yang sering digunakandalam pembelajaran sains. Demonstrasi dengan menggunakan Komputer untuk memperagakan:
1. cara menggunakan alat, misalnya: cara menggunakan stetoskop.
2. prinsip dan prosedur kerja suatu alat, misalnya: prinsip kerja mesin pengolah tebu menjadi gula.
3. prosedur pelaksanaan percobaan/eksperimen, misalnya: prosedur percobaanuntuk menguji adanya karbohidrat dalam tepung.
4. fenomena alam dalam rangka pemahaman suatu konsep atau prinsip sains,misalnya: fenomena tentang nyala dua bola lampu listrik yang d IPA sangsecara seri atau paralel. merangsang siswa untuk menemukan masalah dan membimbing siswa untuk memecahkan masalah.
Dalam pembelajaran sains yang mnebggunakan TIK , demonstrasi dapat memberikan fasilitas kepada siswa untuk meningkatkan keterampilan proses sains, dan mealkukan inkuari ilmiah, antara lain:
1. meningkatkan keterampilan mengamati, dan rasa ingin tahu,
2. memberi inspirasi untuk meningkatkan keterampilan memprediksi, inferensi,dan komunikasi.
3. meningkatkan kejelian terhadap adanya masalah.
4. memberi arah untuk menemukan atau menyusun hipotesis.
5. memberi inspirasi untuk merancang investigasi.
Demonstrasi dengan mengunakan komputer meliputi kegiatan memamerkan dan menjelaskan (pada pihak guru), mengamati dan mereplikasi (pada pihak siswa). Demonstrasi menjadikan bahan ajar lebih konkret dan lebih nyata bagi siswa, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyaksikan atau mengalami kejadian atau keterampilan nyata sambil memperhatikan penjelasan. Demonstrasi dapat digunakan sebagai metode pembelajaran yang berdiri sendiri dalam suatu proses belajar mengajar, atau dapat digunakan bersamasama dengan metode lain dalam suatu kombinasi multimetode. Penerapan demonstrasi sebagai metode yang berdiri sendiri dalam suatu proses belajar mengajar dapat dijalankan dengan mengikuti prosedur yang diusulkan oleh Joice and Well dalam Louisell (1992). Ia membagi prosedur demonstrasi menjadi lima tahap.
1. Pembukaan.
2. Menyajikan pengetahuan prasyarat atau rasional.
3. Menampilkan model penampilan dengan benar. Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan demonstrasi, dan pada tahap ini guru dituntut untuk melakukan tiga hal:
Mempelajari dan menguasai konsep dan keterampilan yang akan didemonstrasikan,
Memecah-mecah konsep atau keterampilan menjadi komponenkomponen lebih kecil dan mengaturnya dalam urutan belajar yang sesuai,
Menjalankan langkah-langkah demonstrasi tahap demi tahap (untuk ini perlu dibuat persiapan tertulis).
4. Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih dalam kondisi terkontrol.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan dan pengalaman-nya ke situasi yang kompleks.
Jika dipadukan dengan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatanawal, inti dan penutup, tahap-tahap demonstrasi itu dapat diuraikan sebagai berikut. Tahap-Tahap Demonstrasi dengan menggunakan TIK (Joice and Well, dalamLouisell, 1992)





Tahap pembelajaran
1. Tahap Demonstrasi Keterangan
Pembukaan. Membangkitkan motivasi kepada siswa. Awal Menyajikan pengetahuan prasyarat atau rasional. Lewat media pembelajaran Komputer Menggali pengetahuan awal siswa, bisa kemampuan prasyarat atau pengetahuan awal tentang konsep yang dipelajari.Pelaksanaan demonstrasi. Penyajian, penjelasan konsep.Inti Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih dalam kondisi terkontrol.Kegiatan latihan siswa untuk merefleksikan materi yang telah didemonstrasikan: mencatat data yang ada di Komputer , menganalisis data, dan pena-rikan kesimpulan. Bila diperlukan siswa diberi kesempatan untuk mengulang demonstrasi. Penutup Memberi kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan yang di dapat dari Komputer dan pengalamannya ke situasi yang kompleks.Kegiatan pemantapan: tugasrumah, proyek, dll. Jika demonstrasi digunakan dalam proses pembelajaran yang menggunakan Program komputer sebagai kombinasi metode di antara metode yang lain, pelaksanaan demonstrasi dapat ditempatkan pada awal, inti atau penutup pelajaran. Jika ditempatkan pada awal pelajaran, demonstrasi dimaksudkan untuk membangkitkan motivasi belajar, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi fenomena dan masalah, serta menggali pengetahuan awal siswa tentang konsep yang sedang dipelajari. Pada inti pelajaran demonstrasi bermanfaat untuk menunjukkan fakta, atau menjelaskan konsep atau prinsip. Pada akhir pelajaran demonstrasi dapat digunakan untuk menilai hasil belajar siswa; penilaian ini merupakan penilaian terhadap pengalaman langsung siswa, dan cocok untuk menilai kemampuan keterampilan proses sains. Dalam pelaksanaannya, selama atau sesudah demonstrasi siswa diberi pertanyaan tentang hal-hal yang tampak atau mungkin tampak.

2. Keterampilan Khusus Berdemonstrasi
Secara umum demosntrasi dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk meningkatkan keefektifan tercapainya tujuan pengajaran. Demonstrasi dapat dilaksanakan sebagai satu metode dalam satu proses pembelajaran menggunakan Komputer , atau sebagai salah satu metode dalam suatu perose pembelajaran. Demonstrasi dapat disajikan di awal pelajaran, dengan tujuan untuk menyajikan fenomena, menggali pengetahuan awal siswa, dan memotivasi belajar siswa. Maka dari itu, guru perlu menguasai kecakapan dan keterampilan berdemon-strasi.
a. Prademonstrasi
1) Memahami tujuan demonstrasi. Dalam pembelajaran konstruktivisme, tujuan khusus demonstrasi ada dua macam:
demonstrasi pada awal pelajaran bertujuan untuk menampilkan fenomena yang menimbulkan konflik kognitif,
demonstrasi pada pengajaran inti bertujuan untuk menyajikan fakta atau data, untuk memecahkan masalah,
demonstrasi pada akhir pelajaran untuk memberi gambaran mengenai aplikasi konsep.
2) Mengenali fakta atau informasi esensial dari konsep yang akan didemonstrasikan. Fakta atau informasi esensial inilah yang perlu dijadikan focus pengamatan oleh siswa ketika demonstrasikan.
3) Merancang bahan atau kegiatan untuk demonstrasi. Yang dimaksud disini adalah menerjemahkan informasi verbal pada konsep materi pelajaran menjadi informasi yang dapat divisualisasikan dalam demonstrasi.
4) Merancang prosedur pelaksanaan demonstrasi.

b. Pelaksanaan Demonstrasi
2. Menjalankan demonstrasi dengan lancar dan benar, agar informasi yang dimunculkan benar sesuai dengan yang direncanakan.
3. Menampilkan fenomena secara atraktif, khususnya fenomena-fenomena yang diharapkan dapat menimbulkan konflik kognitif pada siswa. Lewat program komputer Demonstrator dapat melakukan trik-trik untuk mengkonflikkan pikiran siswa dengan fenoman yang teramati. Ketika pejelasan dilepaskan pelan-pelan sambil menurunkan botol ke meja, akan tampak seolah-olah turunnya tabung reaksi karena botol diturunkan. Pada hal, tabung reaksi tenggelam ketika botol dipejet karena volume air yang masuk ke dalam tabung reaksi bertambah, sebaliknya volume air di dalam tabung reaksi berkurang ketika pejetan dilepaskan. Itulah yang disebut konflik kognitif. Atraksi seperti itu sangat menarik, layaknya bermain sulap.
4. Penampilan demonstrasi dapat diulang, untuk memperbanyak sampel pengamatan.
5. Mengatur posisi peralatan, sampai demonstrasi dapat diamati dengan jelas oleh semua anggota kelas.



c. Pasca Demonstrasi
1. Kesenyapan. Setelah demonstrasi berakhir, guru diam beberapa saat untuk menunggu respons dari siswa, mungkin (sampai) ada siswa yang mengajukan masalah dari fenomeda yang diamati. Jika respons tidak muncul, masalah dapat diajukan sendiri oleh guru.
2. Berdiskusi atau melakukan demonstrasi lanjutan, untuk mengajak siswa mengajak siswa menemukan jawaban atas masalah yang dikemukakan.

C. Keterampilan Mengajar Eksperimen Dengan Menggunakan TIK
1. Prinsip-Prinsip Pengajaran Eksperimen
Eksperimen merupakan bagian sangat penting dalam pembelajaran
sains, kerena hal eksperimen itulah yang membedakan sains yang mengunakan
Komputer dengan mata pelajaran lain. Metode eksperimen dapat digunakan
untuk melatih siswa dalam melakukan studi alamiah yang menggunakan
langkah-langkah metode alamiah, yang meliputi: observasi, penemuan masalah,
penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan. Karena
dalam pelaksanaan eksperimen itu banyak keterampilan proses yang perlu
digunakan, maka metode ini merupakan strategi yang penting untuk
membelajarkan keterampilan proses kepada siswa, terutama keterampilan
proses terintegrasi.
Metode eksperimen sangat khas untuk membelajarkan prinsip atau
generalisasi hubungan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Sehubungan dengan penjelasan ini, metode eksperimen dapat dibagi menjadi
eksperimen sederhana, eksperimen terkontrol, dan eksperimen berujung-terbuka
(open-ended experimen) (Thurber dan Collete, 1968). Dengan adanya
pembagian ini, guru tidak perlu khawatir bahwa pelaksanaan eksperimen di kelas
sains yang mnenggunakan TIK akan memakan waktu banyak, pelaksanaannya
rumit dana adanya kesulitan yang lain.
a. Eksperimen sederhana
Banyak masalah IPA yang dapat dipecahkan dengan eksperimen
sederhana, sehingga tidak memerlukan tahap-tahap kerja yang terpisah untuk
menyelesaikannya. Langkah dari eksperimen sederhana itu adalah: 1)
pengajuan masalah, 2) pelaksanaan percobaan untuk pengamatan, dan 3)
pengambilan kesimpulan. Dalam eksperimen sederhana ini tidak perlu dilakukan
pengontrolan terhadap variabel-variabel bebas yang tidak dipelajari, karena
pengaruhnya terhadap variabel terikat dapat diabaikan atau memang tidak ada
variabel lain yang berpengaruh kecuali variabel yang sedang dipelajari.
Sebagai contoh, masalah yang akan dipecahkan adalah: “Apakah tepung
beras mengandung amilum?” Masalah itu cukup dipecahkan dengan percobaan,
yang dilakukan dengan meneteskan larutan YKY (yodium) pada tepung beras,
kemudian mengamati bahwa zat tersebut berubah warna biru. Untuk mengambil
kesimpulan, siswa cikup diminta untuk melakukan 2-3 kali percobaan, untuk
mengambil kesimpulan bahwa tepung beras mengandung amilum berdasarkan
perubahan warna yodium menjadi biru.
b. Eksperimen terkontrol
Hubungan antara suatu variabel bebas dan variabel terikat dalam
fenomena-fenomena alam banyak yang tidak dapat diamati karena adanya
variabel lain yang berpengaruh terhadapa variabel terikat yang diamati.
Misalnya, pada suatu tanaman pot baru yang tanahnya diberi urea,
pertumbuhannya subur; tetapi tidak dapat disimpulkan begitu saja bahwa yang
menyebabkan subur adalah zat urea, karena orang berpikir bahwa faktor lain
juga dapat berpengaruh. Hubungan antara variabel-variabel seperti itu dapat
diajarkan kepada siswa dengan metode eksperimen terkontrol. Dalam metode ini
dibuat eksperimen dengan menggunakan dua kelompok tanaman pot yang
medium tanahnya sama, tetapi pada satu kelompok tanaman tanahnya diberi
urea sementara kelompok tanaman yang lain tidak diberi urea.
Dalam pelaksanaan metode eksperimen terkontrol, langkah-langkah yang
perlu dilaksanakan adalah: 1) pengajuan masalah, 2) pengajuan hipotesis, 3)
pengontrolan variabel (membuat perlakuan variabel bebas dan mengendalikan
varibel terkontrol), 4) pelaksanaan eksperimen, 5) pengolahan data, dan 7)
pengambilan kesimpulan. Dalam metode eksperimen terkontrol, kesimpulan
yang dibuat bersifat tertutup, artinya kesimpulan itu merupakan jawaban yang
pasti (tidak perlu dipertanyakan kebenarannya, atau tidak mengundang
munculnya masalah baru).
Contohnya sebagai berikut:



Masalah: “Mengapa tanaman padi di sawah ada yang daunnya lebih hijau dan lebih
panjang dari yang lain?
Hipotesis: “Tanaman padi yang hijau dipupuk dengan urea.”
Mengendalikan variabel: membuat dua kelompok perlakuan, satu kelompok dipupuk
urea, kelompok yang lain tidak dipupuk urea.
Pelaksanaan eksperimen: 1) melakukan penanaman padi dalam beberapa pot dengan
medium tanah yang sama, 2) pot-pot tanaman padi dibagi menjadi dua
kelompok, kelompok I dipupuk urea sedang kelompok II tidak dipupuk urea.
Pengamatan/Pengumpulan data: mengamati warna dan mengukur panjang daun
tanaman padi selama waktu tertentu.
Pengolahan data: 1) menghitung rata-rata data tinggi batang padi pada tiap perlakuan,
2) membandingkan rata-rata tinggi batang padi antara kelompok I dan
kelompok II.
Pengambilan kesimpulan: Menyimpulkan hasil pengolahan data tentang hubungan
antara urea dengan tinggi batang dan perubahan warna hijau pada daun.
Bab III
Penutup
Makalah dengan juduk Materi KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
KHUSUS BIDANG STUDI IPA BERBASIS TIK” akan lebih mudah dimengerti
dan lebih berguna sebagai bekal bagi siswa khususnya siswa SMK, apabila
pembelajarannya lebih diorientasikan pada Realitas dan Aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari. Di samping itu pembelajarannya juga diarahkan dengan
tahapan-tahapan yang sistematis. Oleh karena itu, pembelajaran yang ada di
dalam modul ini masih perlu dikembangkan lagi khususnya dari segi orientasi
tersebut, agar dapat meningkatkan kemampuan Belajar IPA bagi siswa SMK.
Daftar Pustaka
1. Hadley. Linear Programming. 1962. Addison – Wesley Publishing Company, AS
2. Soekartawi, Dr. Linear Programming: Teori dan Aplikasi, khususnya di bidang pertanian. 1992. Rajawali.
3. Soewardi, Eddy, Drs. Linear Programming. 1984. Sinar Baru
4. Yamit, Zulian. Linear Programming. 1991. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
5. Supranto, J, M.A. Linear Programming. 1983. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Manajemen

MANAJEMEN SISTEM EVALUASI PENDIDIKAN BAB. I


Pendahuluan

E
valuasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.
Tanpa evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa, dan tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik,maka dari itu Jadi secara umum evaluasi adalah suatu proses sistemik umtuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program.
Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Fungsi Evaluasi Pendidikan . Sangat diperlukan dalam pendidikan antara lain memberi informasi yang dipakai sebagai dasar untuk :

1) Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
2) Menilai hasil yang dicapai para pelajar.
3) Menilai kurikulum.
4) Memberi kepercayaan kepada sekolah.
5) Memonitor dana yang telah diberikan .
6) Memperbaiki materi dan program pendidikan

Hasil evaluasi yang didapat sampai sekarang tentang dunia pendidikan Nasional kita cukup memperihatinkan, tidak hanya dalam segi kualitas tapi juga kegagalan dalam membentuk karakter building generasi muda bangsa
Pendidikan menjadi tanggung jawab semua pihak, dimana tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia. membentuk SDM yang berkualitas. Namun sayang kebijakan pendidikan yang ada sampai sekarang masih jauh dari harapan, karena kebijakan pendidikan seperti kata pakar pendidikan dari Universitas Nasional Jakarta yaitu HAR Tilaar kebijakan pendidikan di Indonesia sesuai dengan pameo ganti menteri ganti kebijakan.
Mengingat terlalu luasnya cakupan dalam evaluasi pendidikan maka penulis akan membatasi hanya pada evaluasi hasil belajar siswa dikarenakan masalah ini sangat sesuai dengan tugas penulis sebagai guru.







MANAJEMEN SISTEM EVALUASI PENDIDIKAN Bab. II



ANALISIS KESENJANGAN DALAM
EVALUASI PENDIDIKAN
A. Keadaan Ideal

Seperti yang telah dikemukakan oleh Dr. Muchtar Buchori tujuan dan fungsi evaluasi adalah :
1. untuk mengetahui kemajuan peserta didik setelah ia mengalami pendidikan selama jangka waktu tertentu
2. untuk mengetahui tingkat efisiensi metode-metode pendidikan yang dipergunakan pendidik selam jangka waktu tertentu tadi.
Maka untuk memperoleh hasil evaluasi yang sebaik-baiknya, para evaluator dalam hal ini para guru dituntut untuk memiliki hal hal sebagai berikut :
1. Mampu melaksanakan, persyaratan pertama yang harus dipenuhi oleh evaluator adalah bahwa mereka harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan evaluasi yang didukung oleh teori dan keterampilan praktik.
2. Cermat, dapat melihat celah-celah dan detail dari program serta bagian program yang akan dievaluasi.
3. Objektif, tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadi, atau juga keinginan/tekanan dari pihak lain agar dapat mengumpulkan data sesuai dengan keadaannya, selanjutnya dapat mengambil kesimpulan sebagaimana diatur oleh ketentuan yang harus diikuti.
4. Sabar dan tekun, agar di dalam melaksanakan tugas dimulai dari membuat rancangan kegiatan dalam bentuk menyusun proposal, menyusun instrumen, mengumpulkan data dan menyusun laporan, tidak gegabah dan tergesa-gesa.
5. Hati-hati dan bertanggung jawab, yaitu melakukan pekerjaan evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun apabila masih ada kekeliruan yang diperbuat, berani menanggung resiko atas segala kesalahannya.
B. Keadaan Nyata

Setiap jenis atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan evaluasi. Artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.
Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Jadi jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan evaluasi, karena dengan evaluasi guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Tetapi kebanyakan guru merasa enggan melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran, karena keterbatasan waktu, dan juga mungkin belum mengetahui teknik-teknik evaluasi yang baik Mereka beranggapan lebih baik menjelaskan semua materi pelajaran sampai tuntas untuk satu kali pertemuan, dan pada pertemuan berikutnya di awal pelajaran siswa diberi tugas atau soal-soal yang berhubungan dengan materi tersebut. Contoh lain ada juga guru yang berpendapat, bahwa penilaian tidak mutlak dengan tes tertulis. bisa juga dengan tes lisan atau tanya jawab. Kegiatan dirasakan lebih praktis bagi guru, karena guru tidak usah bersusah payah mengoreksi hasil evaluasi anak.
Cara mana yang akan digunakan oleh guru untuk evaluasi tidak usah dipermasalahkan, yang jelas setiap guru yang paham dengan tujuan dan manfaat dari evaluasi atau penialaian tersebut.
Karena ada juga guru yang tidak menghiraukan tentang kegiatan ini, yang penting ia masuk kelas, mengajar, mau ia laksanakan evaluasi di akhir pelajaran atau tidak itu urusannya. Yang jelas pada akhir semester ia telah mencapai target kurikulum.
Akhir-akhir ini kalau kita teliti di lapangan, banyak guru yang mengalami kegagalan dalam melaksanakan evaluasi. Hal ini tentu ada faktor penyebabnya dan apakah cara untuk mengatasinya. Untuk itu kalau kita analisis maka akan kita temukan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dalam melaksanakan evaluasi belajar seperti yang digambarkan dalam analisis SWOT berikut ini.



PELUANG/OPPORTUNITY
1. Peningkatan prestasi sekolah
2. Kepercayaan publik yang besar terhadap sekolah
3. Bantuan dana yang melimpah
ANCAMAN/THREAT
1. Akuntabilitas sekolah rendah
2. Sulit mengadakan kerjasama dengan pihak lain
3. Bantuan dana semakin kurang

KEKUATAN/STRENGTH
1. Banyak guru lulusan S.1
2. Jumlah siswa yang banyak
3. Sarana/media belajar memadai


STRATEGI SO
1. Para guru meningkatkan kemampuan evaluasi.
2. Optimalisasi sarana/media evalusasi.
3. Meningkatkan hasil belajar agar dana bantuan bisa masuk lebih banyak

STRATEGI ST
1. Memotivasi para guru untuk selalu meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Memanfaatkan jumlah siswa untuk mengadakan kerjasama dengan pihak lain.
3.
KELEMAHAN/WEAKNESS
1. Kurang menguasai teknik evaluasi yang benar
2. Dukungan orang tua siswa kurang memadai
3. Dana kurang mencukupi

STRATEGI WO
1. Mengadakan pelatihan mengenai teknik-teknik evaluasi
2. Mengoptimalkan kerjasama dengan orang tua siswa dan pihak lain
3. Meminta bantuan pemerintah untuk memberi dana lebih besar
STRATEGI WT
1. Semua guru mengikuti pelatihan
2. Mengoptimalkan keterlibatan orang tua siswa dalam mendukung prestasi belajar siswa.
3. Mengadakan kerjasama dengan pihak lain yang dapat member bantuan dana

Tuesday, April 21, 2009

cooperative learning

KATA PENGANTAR

Dengan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa kami panjatkan karena berkat dan petunjuknya kami dapat menyusun Makalah dengan judul “. COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENGEMBANGKAN INSIGHT SISWA” Makalah ini merupakan bahan kajian mengenai suatu sistem untuk menghasilkan informasi berkenaan dengan pengembangan insight siswa hal tersebut dapat digunakan dalam rangka Pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan pada setiap sekolah..Dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dewasa ini di perlukan beberapa metode dalam pembelajaran yang tidak terlepas dengan penguasaan dan media.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah, semoga dapat meningkatkan hasil proses belajar-mengajar yang maksimal dan upaya peningkatan mutu sumber daya manusia akan benar-benar mencapai sasaran. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan dan kelemahan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki penerbitan berikutnya.


Hormat kami
Penyusun





BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini sedang dikembangkan paradigma baru kurikulum pendidikan dasar dan menengah dimana kini guru diharapkan hanya sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar, dengan pembelajaran yang lebih realistik dan aplikatif , Oleh karena itu perlu dikermbangkan materi Keterampilan Dasar Pembelajaran cooperative learning yang aplikatif dan realistik, untuk lebih memudahkan tercapainya keberhasilan proses pembelajaran dengan paradigma baru tersebut.

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah Pembelajaran ini untuk memenuhi tugas kuliah Fasca Sarjanadan menghasilkan suatu bahan ajar yang mengikuti teknologi seiring dengan perkembangan jaman..

C. Ruang Lingkup
Keterampilan Teori Pembelajaran cooperative Learning oleh penulis ini di terapkan pada SMP yang merupakan basis dari pendidikan yang menuntut mengembangkan insight siswa di jenjang berikutnya .








BAB II
KAJIAN ILMIAH COOPERATIVE LEARNING

Karakteristik
Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian,tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentukhubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuanakademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.
Ada 4 macam model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Arends (2001), yaitu;
(1) Student Teams Achievement Division (STAD),
(2) Group Investigation,
(3) Jigsaw, dan
(4) Structural Approach.



Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah;
(1) belajar bersama dengan teman,
(2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman,
(3) saling mendengarkan pendapatdi antara anggota kelompok,
(4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok,
(5) belajadalam kelompok kecil,
(6) produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat,
(7) keputusan tergantung pada siswa sendiri,
(8) siswa aktif (Stahl, 1994).

Senada dengan ciri-ciri tersebut, Johnson dan Johnson (1984) serta Hilke (1990) mengemukakan
ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah;
(1) terdapat saling ketergantungan yang positif di antara anggota kelompok,
(2) dapat dipertanggungjawabkan secara individu,
(3) heterogen,
(4) berbagi kepemimpinan,
(5) berbagi tanggung jawab,
(6) menekankan pada tugas dan kebersamaan,
(7) membentuk keterampilan sosial,
(8) peran guru/Guru mengamati proses belajar siswa,
(9) efektivitas belajar tergantung pada kelompok.Proses belajar terjadi dalam kelompok-kelompok kecil (3-4 orang anggota), bersifatheterogen tanpa memperhatikan perbedaan kemampuan akademik, jender, suku, maupunlainnya.
Prinsip Dasar
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif, konstruktivistik, dan kooperatif. Beberapa pendekatan tersebut diintegrasikan dimaksudkan untuk menghasilkan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Belajar aktif, ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktifitas fisik semata. Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi, mengemukakan pendapat dan idenya, melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari serta menafsirkan hasilnya secara bersama-sama di dalam kelompok. Siswa dibebaskan untuk mencari berbagai sumber belajar yang relevan. Kegiatan demikian memungkinkan siswa berinteraksi aktif dengan lingkungan dan kelompoknya, sebagai media untuk mengembangkan pengetahuannya. Pendekatan konstruktivistik dalam model pembelajaran kooperatif dapat mendorong siswa untuk mampu membangun pengetahuannya secara bersama-sama di dalam kelompok. Mereka didorong untuk menemukan dan mengkonstruksi materi yang sedang dipelajari melalui diskusi, observasi atau percobaan. Siswa menafsirkan bersamasama apa yang mereka temukan atau mereka bahas. Dengan cara demikian, materi pelajaran dapat dibangun bersama dan bukan sebagai transfer dari Guru. Pengetahuan dibentuk bersama berdasarkan pengalaman serta interaksinya dengan lingkungan di dalam kelompok belajar, sehingga terjadi saling memperkaya diantara anggota kelompok. Ini berarti, siswa didorong untuk membangun makna dari pengalamannya, sehingga pemahaman terhadap fenomena yang sedang dipelajari meningkat. Mereka didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang terhadap materi atau masalah yang sama, untuk kemudian membangun sudut pandang atau mengkonstruksi pengetahuannya secara bersama pula.
Hal ini merupakan realisasi dari hakikat konstruktivisme dalam pembelajaran. Pendekatan kooperatif mendorong dan memberi kesempatan kepada siswa untuk trampil berkomunikasi. Artinya, siswa didorong untuk mampu menyatakan pendapat atau idenya dengan jelas, mendengarkan orang lain dan menanggapinya dengan tepat, meminta feedback serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan baik. Siswa juga mampu membangun dan menjaga kepercayaan, terbuka untuk menerima dan memberi pendapat serta ide-idenya, mau berbagi informasi dan sumber, mau memberi dukungan pada orang lain dengan tulus. Siswa juga mampu memimpin dan trampil mengelola kontroversi (managing controvercy) menjadi situasi problem solving, mengkritisi ide bukan persona orangnya.
Model pembelajaran kooperatif ini akan dapat terlaksana dengan baik jika dapat ditumbuhkan suasana belajar yang memungkinkan diantara siswa serta antara siswa dan Guru merasa bebas mengeluarkan pendapat dan idenya, serta bebas dalam mengkaji serta mengeksplorasi topik-topik penting dalam kurikulum. Guru dapat mengajukan berbagai pertanyaan atau permasalahan yang harus dipecahkan di dalam kelompok. Siswa berupaya untuk berpikir keras dan saling mendiskusikan di dalam kelompok. Kemudian Guru serta siswa lain dapat mengejar pendapat mereka tentang ide-idenya dari berbagai perspektif. Guru juga mendorong siswa untuk mampu mendemonstrasikan pemahamannya tentang pokok-pokok permasalahan yang dikaji menurut cara kelompok. Berpijak pada karakteristik pembelajaran di atas, diasumsikan model pembelajaran kooperatif mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugas bersama secara kreatif. Model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pembelajaran di berbagai bidang studi atau matakuliah, baik untuk topik-topik yang bersifat abstrak maupun yang bersifat konkrit.

Kompetensi
Kompetensi yang dapat dicapai melalui model pembelajaran kooperatif ;
1. Pemahaman terhadap nilai, konsep atau masalah-masalah yang berhubungan dengandisiplin ilmu tertentu, serta
2. Kemampuan menerapkan konsep/memecahkan masalah,
3. Kemampuan menghasilkan sesuatu secara bersama-sama berdasarkan pemahaman terhadap materi yang menjadi obyek kajiannya, juga dapat dikembangkan
4. Softskills kemampuan berfikir kritis, berkomunikasi, bertanggung jawab, serta bekerjasama. Tentu saja kemampuan-kemampuan tersebut hanya mungkin terbentuk jikakesempatan untuk menghayati berbagai kemampuan tersebut disediakan secara memadai, dalam arti, model pembelajaran kooperatif diterapkan secara benar dan memadai.


Materi
Materi yang sesuai disajikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah materi-materi yang menuntut pemahaman tinggi terhadap nilai, konsep, atauprinsip, serta masalah-masalah aktual yang terjadi di masyarakat. Materi ketrampilan untuk menerapkan suatu konsep atau prinsip dalam kehidupan nyata juga dapat diberikan. Materi dapat berasal dari berbagai bidang studi, seperti bahasa, masalah-masalah social ekonomi, masalah kehidupan bermasyarakat, peristiwa-peristiwa alam, serta ketrampilan dan masalah-masalah lainnya.


Evaluasi
Evaluasi belajar dilakukan pada awal pelajaran sebagai preetes, selama pembelajaran, serta hasil akhir belajar siswa baik individu maupun kelompok. Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap, ketrampilan dan kemampuan berpikir serta berkomunikasi siswa. Kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan logis dalam memberikan pandangan atau argumentasi, kemauan untuk bekerja sama dan memikul tanggung jawab bersama, merupakan contoh aspek-aspek yang dapat dinilai selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan prosedur evaluasi:
1. Penilaian individu adalah evaluasi terhadap tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dikaji, meliputi ranah kognitif, afektif, dan ketrampilan.
2. Penilaian kelompok meliputi berbagai indikator keberhasilan kelompok seperti, pengambilan keputusan, kerjasama, dsb.
Kriteria penilaian dapat disepakati bersama pada waktu orientasi. Kriteria ini diperlukan sebagai pedoman Guru dan siswa dalam upaya mencapai keberhasilam belajar, apakah sudah sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.





BAB III
PROSEDUR PEMBELAJARAN

Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah, yaitu;
1. orientasi,
2. bekerja kelompok,
3. kuis, dan
4. pemberian penghargaan.
Setiap langkah dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para Guru dengan berpegang pada hakekat setiap langkah sebagai berikut:

1. Orientasi
Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh siswa, serta system penilaiannya. Pada langkah ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan hasil akhir yang diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi dapat terjadi antara Guru dan siswa, namun pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan bersama.



2. Kerja kelompok
Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan memecahkan masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berdiskusi, melakukan ekslporasi, observasi, percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainya. Waktu untuk bekerja kelompok disesuaikan dengan luasdan dalamnya materi yang harus dikerjakan. Kegiatan yang memerlukan waktu lama dapat dilakukan di luar jam pelajaran, sedangkan kegiatan yang memerlukan sedikit waktu dapat dilakukan pada jam pelajaran.
Agar kegiatan kelompok terarah, perlu diberikan panduan singkat sebagai pedoman kegiatan. Sebaiknya panduan ini disiapkan oleh Guru. Panduan harus memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok, serta hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai. Misalnya, siswa diharapkan dapat mengembangkan media tepatguna dalam pembelajaran. Untuk itu, siswa secara bersama-sama perlu berdiskusi, melakukan analisis terhadap komponen-komponen pembelajaran seperti; kompetensi apa yang diharapkan dicapai oleh peserta didik, materi apa yang dipelajari, strategi pembelajaran yang digunakan, serta bentuk evaluasinya. Siswa juga melakukan eksplorasi untuk mengembangkan media tepatguna. Eksplorasi dapat dilakukan secara individual atau kelompok sesuai kesepakatan. Hasil eksplorasi dibahas dalam kelompok untuk menghasilkan media-media
pembelajaran tepatguna yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan dinamisator bagi masing-masing kelompok, dengan cara melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar siswa, mengarahkan ketrampilan kerjasama, dan memberikan bantuan pada saat diperlukan.

3. Tes/Kuis
Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah mampu memahami konsep/topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-masing siswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep/topik/ masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif dan ketrampilan. Misalnya, bagaimana melakukan analisis pembelajaran? Mengapa perlu melakukan analisis pembelajaran sebelum mengembangkan media? Siswa dapat juga diminta membuat prototype media tepatguna yang memiliki tingkat interaktif tinggi dalam pembelajaran, dsb.

4. Penghargaan kelompok
Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu. Kenaikan skor dihitung dari selisih antara skor dasar dengan sekor tes individual. Menghitung skor yang didapat masing-masing kelompok dengan cara menjumlahkan skor yang didapat siswa di dalam kelompok tersebut kemudian dihitung rata-ratanya. Selanjutnya berdasarkan skor rata-rata tersebut ditentukan penghargaan masing-masing kelompok. Misalnya, bagi kelompok yang mendapat rata-rata kenaikan skor sampai dengan 15 mendapat penghargaan sebagai “Good Team”. Kenaikan skor lebih dari 15 hingga 20 mendapat penghargaan “Great Team”. Sedangkan kenaikan skor lebih dari 20 sampai 30 mendapat penghargaan sebagai “Super Team”.
Anggota kelompok pada periode tertentu dapat diputar, sehingga dalam satu satuan waktu pembelajaran anggota kelompok dapat diputar 2-3 kali putaran. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan dinamika kelompok di antara anggota kelompok dalam kelompok tersebut. Di akhir tatap muka Guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang telah dibahas pada pertemuan itu, sehingga terdapat kesamaan pemahaman pada semua siswa





















BAB IV
PENUTUP
Model pembelajaran kooperatif tidak terlepas dari kelemahan di samping kekuatan yang ada padanya. Kelemahan tersebut antara lain terkait dengan kesiapan Guru dan siswa untuk terlibat dalam suatu strategi pembelajaran yang memang berbeda dengan pembelajaran yang selama ini diterapkan. Guru yang terbiasa memberikan semua materi kepada para siswanya, mungkin memerlukan waktu untuk dapat secara berangsur-angsur mengubah kebiasaan tersebut. Ketidaksiapan Guru untuk mengelola pembelajaran demikian dapat diatasi dengan cara pemberian pelatihan yang kemudian disertai dengan kemauan yang kuat untuk mencobakannya. Sementara itu, ketidaksiapan siswa dapat diatasi dengan cara menyediakan panduan yang antar lain memuat cara kerja yang jelas, petunjuk tentang sumber yang dapat dieksplorasi, serta deskripsi tentang hasil akhir yang diharapkan, system evaluasi, dsb. Kendala lain adalah waktu. Strategi pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang cukup panjang dan fleksibel, meskipun untuk topik-topik tertentu waktu yang diperlukan mungkin cukup dua kali tatap muka ditambah dengan kegiatan-kegiatan di luar jam pelajaran.
Terlepas dari kelemahannya, model pembelajaran kooperatif mempunyai kekuatan dalam mengembangkan softskills siswa seperti, kemampuan berkomunikasi, berfikir kritis, bertanggung jawab, serta bekerja sama. Jika kelemahan dapat diminimalkan, maka kekuatan model ini akan membuahkan proses dan hasil belajar yang dapat memacu peningkatan potensi siswa secara optimal. Oleh sebab itu, sangat diharapkan Guru mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif. Guru dapat mengembangkan model ini sesuai dengan bidang studinya, bahkan mungkin dari model ini para Guru dapat mengembangkan model lain yang lebih meyakinkan.